watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Birahi Ditengah Samudra

Namaku Ryan (bukan nama yang sebenarnya),
pangilan akrabku kuanggap bagus dan selalu
membawa kehokian yang baik dan ditunjang
dengan postur tubuhku yang sangat atletis, tinggi
167 cm dengan berat badan 58 kg sangatlah
membantuku dalam segala kegiatan. Keramahan
serta rendah hati adalah senjataku karena aku
berprinsip banyak teman banyak rejeki dan tidak
kelewatan pula pasti banyak wanita yang tergoda.
Dengan formasi yang begitu, tentu anda tahu
seleraku. Aku sangat menyukai wanita yang
berumur sekitar 30 hingga 37 tahun dimana
mereka umumnya sangatlah cantik, dewasa dan
terlihat sangat anggun. Entah mengapa Tuhan
memberi anugerah kecantikan wanita yang
sempurna bila mereka berumur sekitar yang
kusebutkan di atas.
Aku bekerja di perusahaan P**** (edited) yang
sangat syarat berhubungan langsung dengan
pelayanan masyarakat dengan posisi yang
lumayan srategis.
Diawali dengan perkenalanku dengan seorang
pramuniaga yang sangat cantik, umurnya sekitar
33 tahun dan mempunyai anak satu. Henny
namanya, sangat mudah diingat dan sangat enak
terdengar di telinga. Perkenalanku berawal ketika
aku sedang berlibur ke Kalimanatan (Banjarmasin)
. Perkenalan itu sangat indah dan romantis, disaat
matahari tenggelam tertelan air laut di atas dek
ferry kulihat seorang wanita bersandar di tiang
besi dengan rambut yang tergerai melambai-
lambai tertiup sepoi-sepoi angin laut, sungguh
cantik dan sexy lekuk tubuh dan dadanya
membusung ke depan, sweter unggu serta span
warna hitam tak dapat menyembunyikan
keindahan tubuhnya.
Dengan langkah yang pasti kuhampiri dengan
sedikit sapaan dan percakapan yang sopan
mulailah ia terbawa oleh obrolanku yang sedikit
humor dan kadang menimbulkan gelak tawa
yang memunculkan lesung pipinya, ya ampun
cantik betul mahluk ini. Setelah puas dengan
ngobrol ini itu dan matahari pun malu
menampakkan wajahnya ternyata sudah pukul
19:00 WIB, tak terasa sudah perkenalan yang
begitu lama di atas dek dan kami memutuskan
untuk kembali ke bangku masing-masing. Kami
berjanji akan bertemu kembali jam 21:30 di tiang
besi saksi perkenalan kami.
Setelah mandi dan merapikan diri, tak sadar
handphone-ku berdering, alarm yang sengaja
kupasang telah memanggilku untuk segera naik
ke dek karena sudah waktunya kujemput
bidadariku di atas dek. “Hai Ryan..” sapa merdu
Henny menyapaku dengan menepuk
punggungku saat aku memandang lautan.
“Hai, Hen..” sedikit taktik, kubelai rambutnya.
“Maaf Hen..” kataku mesra.
“Ada apa Ryan..” balasnya manja.
“Nih benang bikin rusak pemandangan,”
jawabku, padahal benang itu sejak tadi ada di
tanganku.
“Oh kamu ini bisa aja Ryan..” bisiknya manja.
Henny sudah bercerai 3 tahun yang lalu
dikarenakan suaminya suka berjudi dan mabuk-
mabukan yang membuatnya banyak dililit hutang
dan kehidupan rumah tangganya selalu tak
terhindar akan keributan.
“Kenapa kamu tak cari suami lagi, Hen..” tanyaku
untuk memecahkan keheningan.
“Ah.. nantilah,” jawabnya, “Aku masih suka
sendiri dan masih kunikmati peran gandaku
sebagai ibu dan ayahnya Ranny (anaknya, red)
toh masih cukup gajiku untuk membiayainya.”
“Hebat kamu Hen, bagitu tegar dalam keadaan
begitu. Kurang apa coba.. kamu mandiri, cantik,
sexy dan masih muda lagi, akupun mau
mendaftar kalo masih ada lowongan.. ahahaha..”
aku sengaja tertawa untuk meriuhkan suasana
karena kulihat dia diam dengan wajah agak
memerah.
“Hahahhaha..” ternyata dia tertawa, “Ach kamu ini
pantesnya jadi adikku,” jawabnya melecehkan.
“Hahahaha.. aku malah,” terbahak-bahak
karenanya, “Lho meskipun adik tapi bisa buat adik
si Ranny lho.”
“Mana mungkin,” jawabnya.
“Lha kok nggak percaya.. jangan ketagihan ya
nanti,” jawabku.
“Yee.. siapa yang mau,” godanya manja.
“Aku yang mau,” jawabku.
Kamipun tertawa riang.
“Dasar buaya,” jawabnya.
Tanpa sadar kapal bergoyang dan angin semakin
kencang dan Henny sudah ada di pelukanku,
karena terombang-ambing kapal kudekap tubuh
sintalnya dan tak luput kupengang buah dadanya
yang besar, ternyata diapun diam saja. Kutahan
goyangan kapal dan tak kulewatkan kesempatan
itu dengan sedikit fantasiku goyangkan pantatku
dan.., “Ach.. nakalnya kamu..” ternyata diapun
menyadari makin nekadnya aku mengambil
kesempatan dalam kesempitan sambil mencubit
pinggangku, “Menggoda ya..” bisiknya.
“Ach masa, tapi suka kan,” jawabku.
“Hahahaa..” gelak tawapun tak terhindarkan lagi.
“Hen turun yuk, bahaya nich.. kayaknya angin
semakin kencang dan goyangan kapal semakin
garang kalo aku yang goyang kamu sich nggak
masalah, lha ini kapal yang goyang.. hehehe..”
ajakku mesra.
“Dasaar.. dasaar, bener-bener buaya kamu
Ryan,” balasnya manja.
“Pppsst.. bukan buaya tapi biawak.. hahahha..”
balasku.
Kamipun menuju anak tangga, satu persatu anak
tangga kami lalui dengan tangan yang melingkari
perutnya dan diapun melingkarkan tangannya di
pinggangku. Dengan berani kucium telinganya,
dia diam saja hanya reaksi tangannya saja yang
menggenggam perutku dan kamipun sudah
sampai di depan pintu yang bertuliskan staff only
lalu kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun
tidak menolak. Dengan luas ruangan 2 X 4 m2
sangatlah luas bagi kami berdua. Dalam
keremangan lampu kulumat bibir tipisnya, nafas
kamipun semakin menderu. Ternyata dia
pengalaman sekali dalam french kiss.
Kami berciuman 5 menit lamanya dan dia mulai
membuka sweternya sedang aku membuka jaket
kulitku dan kami jadikan alas hingga tiada benang
sehelaipun yang melekat di tubuh kami berdua.
Sungguh indah tubuhnya, dengan ukuran
payudara 36B dan belum turun kuanggap
sangatlah sempurna. Dalam keadaan berdiri,
kulumat bibirnya dan mulailah turun ke tengguk
hingga payudaranya dengan puting yang merah
muda, “Seperti masih ABG saja,” pikirku. Kulumat
yang kanan dan kupiin-pilin yang kiri membuat
suaranya, “Hmm.. ach.. hmm.. sppt.. Ryan
teruskan Ryan.. aacch, enak Ryan..” Kepalaku pun
ditekannya ke dadanya, tak kupedulikan dia,
kuhisap, kugigit-gigit kecil putingnya hingga ia
makin menjambak rambutku. Dengan jenggot
yang baru kucukur 2 hari yang lalu kugesek-
gesekan daguku di gunung kembarnya. “Oooh
Ryan.. please masukin dong.. sstt..” Tak
kupedulikan ocehannya hingga kulumat perutnya,
pusarnya dan akhirnya sampailah di gundukan
surga dunia, sungguh indah.
Mataku terbelalak ternyata tidak ada sehelai
rambutpun di sekelilingnya, harum dan wangi
yang khas. Wajahnya yang cantik tersenyum
manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus
menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus
turun dan sampai di daerah yang paling kusukai,
wangi sekali baunya. Tak perlu ragu. “Ohh.. apa
yang akan kau lakukan.. akh..” desahnya sambil
memejamkan mata menahan kenikmatan yang
dirasakannya.
Beberapa saat kemudian tangannya malah
mendorong kepalaku semakin bawah dan,
“Nyam-nyam..” Nikmat sekali kemaluan Henny.
Oh, bukit kecil yang berwarna merah
merangsang birahiku. Kusibakkan kedua bibir
kemaluannya dan, “Creep..” ujung hidungku
kupaksakan masuk ke dalam celah kemaluan
yang sudah sejak tadi becek. “Aaahh.. kamu
nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang
kemaluannya adalah terindah yang pernah
kucicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah
dengan bentuknya yang gemuk dan lebar itu
membuatku semakin bernafsu saja. Secara
bergantian, kutarik kecil kedua belah bibir
kemaluan itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu..
ooh nikmatnya Ryan..” lirih Henny. “Ryan, udah
dong Ryan masukin aja.. Ryan oohh.. aku udah
nggak tahan nich, please setubuhi aku..” pinta
Henny lirih. Tanpa banyak mulut kumasukkan
batang kemaluanku yang panjang dan tegak itu,
dia tersentak, “Ach pelan dong Say.. sstt..”
Kugenjot dengan penuh perasaan, sementara
tanganku tidak tinggal diam, kupilin-pilin puting
susunya yang mungil.
Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh
Henny terasa menegang, aku mengerti kalau itu
adalah gejala orgasme yang akan segera
diraihnya. “Ryann.. aahh.. aku nggaak.. nggak
kuaat aahh.. aahh.. oohh..” desahnya tertahan.
“Tahan Hen.. tunggu saya dulu ngg.. ooh
enaknya.. tahan dulu.. jangan keluarin dulu..” Tapi
sia-sia saja, tubuh Henny menegang kaku,
tangannya mencengkram erat di pundakku,
dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua
telapak tanganku semakin leluasa memberikan
remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya
menahan orgasme itu, mungkin karena lamanya
ku-oral kemaluannya yang enak itu.
“Ooo.. ngg.. aahh.. Ryan sayang.. Ryan.. ooh
enaak.. aku kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya
panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku
merasakan jepitan kemaluannya di sekeliling
burungku mengeras dan terasa mencengkram
erat sekali, sementara itu batang kemaluanku
masih tegak berdiri sedangkan dia sudah 4 atau 5
kali orgasme.
“Ryan, ayo dong Say aku udah nggak tahan
nich.. Ryan keluarin dong.. aku hisap aja ya, biar
cepat keluar..” Tanpa kusuruh dia sudah melumat
dan menyedot kemaluanku.
“Astaga..” kurasakan tekanan dari dalam batangku
sepertinya akan keluar. “Hen.. Hen.. stop Hen..
aku mau keluar nich..” desahku tertahan.
“Ya udah Ryan, masukin aja ke memekku.. aku
juga ingin merasakan pejumu membajiri
memekku.. aku kangen, udah lama nggak ada
yang membanjiri memekku dengan peju..” balas
Henny dengan nada manja dan sedikit genit.
“Aach.. Hen, aku mau keluar nich Hen.. ach..
achh..” aku lemas lunglai tak berdaya di atas
tubuh Henny yang sexy itu.
“Makasih ya Ryan..” Kamipun tertidur dan aku
terkejut ketika terbangun sudah pukul 04:00,
untung saja tidak ada yang memergoki perbuatan
kami. Setelah merapikan diri, kamipun kembali di
kursi masing-masing dan kami berjanji akan
bertemu kembali di kota, kebetulan kami satu
kota. Sampai saat ini kamipun masih sering
berhubungan dengan komitmen kebebasan yang
menghargai serta menjunjung seks yang sehat.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1415
U-ON

inc Powered by Xtgem.com